LAPORAN
PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
PENGENALAN ALAT STASIUN
KLIMATOLOGI
NAMA :
MUNAWIR
NIM : G111 15 031
KELOMPOK : 13
ASISTEN :
YOPIE BRIAN
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Klimatologi
merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan tentang hubungan antara keadaan cuaca dan problema-problema
khusus kegiatan pertanian, terutama membahas pengaruh perubahan cuaca dalam
jangka pendek. Pengamatan dan penelaan ditekankan pada data unsur cuaca mikro
yakni keadaan dari lapisan atmosfer permukaan bumi kira-kira setinggi tanaman
atau obyek pertanian tertentu yang bersangkutan. Selain itu dalam hubungan yang
luas, klimatologi pertanian mencakup pula lama musim pertanian, hubungan antara
laju pertumbuhan tanaman atau hasil panen dengan faktor atau unsur-unsur cuaca
dari pengamatan jamgka panjang.
Dalam
pengelolaan cuaca dan iklim untuk bidang pertanian data cuaca yang benar sangat
dibutuhkan. Penyesuaian tanaman dengan cuaca dan iklim suatu daerah, peramalan
awal dan akhir musim hujan atau kemarau untuk kegiatan pertanian,
pengubahsuaian (modifikasi) cuaca dan penggantian satu atau beberapa unsur
cuaca dibutuhkan data cuaca yang benar dan dari hasil pengamatan yang panjang.
Data yang benar tentunya dihasilkan dari peralatan yang baku, cara, dan waktu
pengamatan yang mengikuti aturan yang disepakati secara nasional. Peralatan
meteorologi haruslah dapat menghasilkan data yang benar dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya. Kemudian data ini dapat dibandingkan dengan data di
tempat lain, sehingga kita dapat menliai cuaca dan iklim.
Dari penjelasan
dapat diatas maka perlu dilakukan praktikum pengenalan alat-alat stasiun
klimatologi agar dapat menggunakan alat klimatologi dan mendapatkan data yang
tepat.
1.2
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui alat-alat yang ada pada stasiun
klimatologi dan bagaimana cara kerja alat tersebut.
Kegunaan dari
praktikum ini yaitu praktikan dapat membandingkan data yang di peroleh di
lapangan.
BAB
II
TINJUAN
PUSTAKA
2.1 BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)
Pengamatan
meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 oleh Dr. Onnen,
beliau adalah Kepala Rumah Sakit di Bogor pada saat itu. Kegiatan tersebut
terus berkembang, tetapi pada tahun 1866 diambil alih Pemerintah Hindia
Belanda, dan berganti nama menjadi Magnetisch en Meteorologisch
Observatorium yang dipimpin oleh
Dr. Bergsma. Pada masa
pendudukan Jepang (1942-1945), nama instansi meteorologi dan geofisika diganti
menjadi Kisho Kauso Kusho. Setelah Indonesia merdeka, instansi tersebut
dipecah menjadi dua: di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di
lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani
kepentingan Angkatan Udara, dan di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan
Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga (Bayong,
2006).
2.2 Agroklimatologi Bagi Pertanian
Iklim merupakan
salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis
dan sifat iklim bisa menentukkan jenis tanaman yg tumbuh pada suatu daerah
serta produksinya. Oleh karena itu kajian klimatologi dalam bidang pertanian
sangat diperlukan. Seiring dengan dengan semakin berkembangnya isu pemanasan
global dan akibatnya pada perubahan iklim, membuat sektor pertanian begitu
terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir
musim seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para petani begitu susah
untuk merencanakan masa tanam dan masa panen (Ratna Ayu Mutia, 2012).
Manfaat dari
klimatologi bagi pertanian adalah untuk digunakan dalam perhitungan kondisi
udara dalam suatu kurun waktu tertentu atau digunakan sebagai tolok ukur untuk
menentukan kondisi udara dalam suatu kurun waktu mendatang dalam periode lebih
dati 1 bulan (bulanan, musiman dan tahunan) apakah akan berlebihan (diatas
normal) dari harga rata-rata yang baku. Dengan melihat kondisi baik yang telah
lalu, sedang berlangsungdan akan berlangsung, maka perhitungan hasil produksi
kotor dati faktor alam dapat dihitung. Oleh sebab itu arti dan manfaat
klimatologi dalam kaitan denngan produksi pertanian adalah untuk menghitung
hasil produksi pertanian dari sisi kondisi alam baik yang telah berlangsung,
sedang berlangsung dan akan berlangsung. Khusus untuk waktu mendatang hal ini
berhubungan prakiraan produksi akan dapat ditentukan sebelumnya agar tidak
terjadi kemelesetan yang sangat jauh atas kegiatan pertanian. Dilain pihak
klimatologi akan dapat pula digunakan dalam penyebaran bahan pangan terutama
dalam kondisi rawan pangan ataupun operasi pasar (Ratna Ayu Mutia, 2012).
2.3
Hubungan Alat Stasiun Klimatologi Terhadap Pertanian
Berdirinya
Stasiun Klimatologi pada suatu daerah didasari pada kebutuhan masyarakat akan
perlunya pengamatan iklim untuk diinformasikan pada masyarakat luasagar
dalam melakukan kegiatan bercocok tanam mereka mengetahui masa tanam dan masa
panen yang baik (Ratna Ayu Mutia, 2012).
2.4
Syarat Penempatan Stasiun
Menurut WMO
(World Meteorology Organization) dalam penempatan stasiun klimatologi pertanian
diutamakan di stasiun percobaan Agronomi, Hortikultura, Peternakan, Kehutanan,
hidrologi, lembaga penelitian tanah, Kebun raya ataupun cagar alam serta daerah
yang perubahan cuacanya sering menyebabkan kerugian terhadap produksi pertanian
(“Laporan Praktikum Klimatologi” Welcome to My World 7 April 2013 Web. 21
Februari 2016).
Penempatan
stasiun klimatologi sedapat mungkin memenuhi syarat yaitu Sekeliling luasan
terpelihara dengan tanaman penutup (rerumputan atau tanaman yang rendah)
sebatas pada pengaruh gerakan angin, Disekitar atau dekatnya tidak ada jalan
raya (jalan besar), Tempatnya pada tanah yang datar, dan Bebas atau jauh dari
bangunan dan pohon-pohon besar, serta Letak stasiun jangan terlalu jauh dengan
pengamat dan keperluan pengamatan. Hal ini akan lebih baik dalam ketepatan
waktu dan kondisi yang dapat dipercaya (“Laporan Praktikum Klimatologi” Welcome
to My World 7 April 2013 Web. 21 Februari 2016).
2.5
Alat-Alat Klimatologi
Menentukan iklim
suatu daerah diperlukan data yang telah terkumpul lama, hasil dari pengukuran
alat ukur khusus yang disebut instrumentasi klimatologi. Instrumentasi tak jauh
beda bahkan kadang sama dengan instrumentasi meteorologi. Alat-alat ini harus
tahan setiap waktu terhadap pengaruh-pengaruh buruk cuaca sehingga
ketelitiannya tidak berubah. Pemeliharaan alat akan membuat ketelitian yang baik
pula sehingga pengukuran dapat dipercaya. Data yang terkumpul untuk iklim
diperlukan waktu yang lama, tak cukup satu tahun bahkan 10-30 tahun (Notohadiprawiro, 1998).
2.5.1
Penakar Hujan Biasa (OBS)
Penakar hujan
ini termasuk jenis penakar hujan non-recording atau tidak dapat mencatat
sendiri. Bentuknya sederhana terdiri dari Sebuah corong yang dapat dilepas dari
bagian badan alat, Bak tempat penampungan air hujan, Kaki yang berbentuk tabung silinder,
dan Gelas penakar hujan (Notohadiprawiro, 1998).
2.5.2
Penakar Hujan Jenis Hillman
Penakar hujan
jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat sendiri. Jika hujan
turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat
pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat (naik
keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu
mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang diletakkan/
digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika
air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias.
Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, air dalam
tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung dan tangki
pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus
vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dhitung/ ditentukan dengan
menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada pias (Notohadiprawiro, 1998).
2.5.3 Sangkar
Meteorologi
Sangkar Meteorologi dibuat dari kayu yang baik (jati/
Ulin) sehingga tahan terhadap perubahan cuaca. Sangkar dicat putih supaya tidak
banyak menyerap radiasi panas matahari. Sangkar dipasang dengan lantainya
berada pada ketinggian 120 cm diatas
tanah berumput pendek, sedangkan letaknya paling dekat dua kali ( sebaiknya
empat kali) tinggi benda yang berada di sekitarnya. Sangkar harus dipasang
kuat, berpondasi beton, sehingga tidak dapat bergerak atau bergoyang jika angin
kencang. selain itu agar angkar tidak mudah di makan rayap . (Berdardinus
1999).
Sangkar
mempunyai dua buah pintu dan dua jendela yang berlubang-lubang/kisi.
Lubang/kisi ini memungkinkan adanya aliran udara. Temperatur dan kelembaban
udara didalam sangkar mendekati/hampir sama dengan temperatur dan kelembaban
udara diluar. Sangkar dipasang dengan pintu membuka/menghadap Utara-Selatan,
sehingga alat-alat yang terdapat didalamnya tidak terkena radiasi matahari
langsung sepanjang tahun. jika matahari berada pada belahan bumi selatan pintu
sebelah utara yang dibuka untuk observasi atau sebaliknya (Prajnanta,
2003).
Mengukur suhu udara sesaat, zat cair yang digunakan adalah air raksa.
Umumnya termometer ini disebut termometer bola kering yang dipasang berdampingan
dengan termometer bola basah. Keduatermometer ini dipasang dalam keadaan tegak.
Semua termometer pengukur suhu udara pada waktu pengukuran berada di dalam
sangkar cuaca. Maksudnya adalah termometer tidak dipengaruhi radiasi surya
langsung maupun radiasi dari bumi.Kemudian terlindung dari hujan ataupun angina
kencang. Warna sangkar cuaca putih menghindari penyerapan
radiasi surya. Panas ini dapat mempengaruhi
pengukuran suhu udara. (Rustam,2001).
2.5.4 Actinograph
Penyinaran matahari mempunyai peranan
penting dalam bidang meteorologi. Salah satu alat meteorologi yang digunakan
oleh pengamat cuaca untuk mengukur intensitas radiasi matahari total adalah
actinograph. Actinograph termasuk alat pengukur intensitas radiasi matahari
total yang mencatat sendiri berapa intensitas radiasi matahari yang
dipancarkan. Actinograph menggunakan dua buah logam bimetal sebagai
sensor. Logam akan bertambah panjang seiring dengan meningkatnya intensitas
radiasi matahari. Perbedaan panjang logam yang kecil akan diperbesar oleh
sistem tuas karena adanya pergerakan pena yang sebanding dengan perubahan intensitas
radiasi matahari (Rustam,2001).
2.5.5 High Volume Sampler
High Volume Sampler (HVS) berfungsi untuk
mengambil sampel SPM (Suspended Particle Matter). Prinsip kerjanya yaitu: udara
yang mengandung partikel debu dihisap mengalir melalui kertas filter dengan
menggunakan motor putaran kecepatan tinggi. Debu akan menempel pada kertas
filter yang nantinya akan diukur konsentrasinya dengan cara kertas filter tersebut
ditimbang sebelum dan sesudah sampling di samping itu dicatat flowrate dan
waktu lamanya sampling sehingga didapat konsentrasi debu tersebut (Rustam,2001).
2.5.6 Automatic Rain Water
Sampler
Automatic Rain Water Sampler adalah
peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel air hujan Wet dan Dry. Prinsip
kerjanya jika terjadi hujan maka sensor akan memberikan trigger kepada sistem
kontrol untuk membuka tutup tempat penampungan air yang digerakkan oleh motor
listrik, selama hujan penutup tersebut tetap terbuka kemudian setelah hujan
berhenti maka penutup akan bergerak ke posisi semula. Sehingga air hujan yang
di tempat penampungan tak terkena kotoran lain karena tertutup rapat. Kemudian
sampel air hujan tersebut dikirim ke Laboratorium Kualitas Udara BMKG Jakarta
untuk dianalisa (Bayong, 2006).
2.5.7 Automatic weather
system
AWS (Automatic Weather Stations)
merupakan suatu peralatan atau sistem terpadu yang di disain untuk pengumpulan
data cuaca secara otomatis serta di proses agar pengamatan menjadi lebih mudah.
AWS ini umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU (Remote Terminal Unit),
Komputer, unit LED Display dan bagian-bagian lainnya. Sensor-sensor
yang digunakan meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin,
kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer, net radiometer.
RTU (Remote Terminal Unit) terdiri
atas data logger dan backup power, yang berfungsi sebagai terminal
pengumpulan data cuaca dari sensor tersebut dan di transmisikan ke unit
pengumpulan data pada komputer.Masing-masing parameter cuaca dapat ditampilkan
melalui LED (Light Emiting Diode) Display, sehingga para pengguna
dapat mengamati cuaca saat itu (present weather) dengan mudah.
BMG telah memasang beberapa peralatan
AWS baik yang terpasang secara terintegrasi (AWS wilayah Jabodetabek)
maupun yang berdiri sendiri (tidak terintegrasi). Saat ini AWS yang terpasang
di stasiun pengamatan BMG telah lebih dari 70 peralatan dengan berbagai merk
(a.l. Cimel, Vaisala, Jinyang, RM Joung dsb), sehingga hal ini relatif cukup
sulit jika kita akan melakukan pemeliharaan karena memerlukan beberapa orang
yang menguasai peralatan masing-
masing merk. Kondisi ini diharapkan tidak mejadi penghalang bagi
teknisi BMG untuk menguasai teknologi AWS tersebut justru diharapkan menjadi
tantangan untuk dihadapi (Bayong, 2006).
2.5.8 Menara Iklim
Menara iklim
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur iklim di suatu daerah, dengan
mempunyai 3 ketinggian yang berbeda. Ketinggian kedua adalah 7 m dan
ketinggian ketiga adalah 10 m. Kegunaannya yaitu untuk, mengukur arah angin pada
ketingian tertentu dengan ketinggian yang berbeda-beda saat pengamatan
dilakukan (Bayong, 2006).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu pelakasanaan praktikum ini yaitu
pada hari rabu 17 Februuari 2016, Pukul 08:00-09:40 WITA. Tempat pelaksanaan
praktikum ini yaitu di Laboratorium Agroklimatologi Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan dalam Praktikum ini yang
digunakan yaitu alat tulis menulis, materi, LCD (proyektor), dan laptop
3.4 Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu menyiapkan alat dan bahan praktikum, menunjukkan
alat-alat stasiun klimatologi, dan menjelaskan fungsi dari alat-alat stasiun
klimatologi
DAFTAR PUSTAKA
Prajnanta. 2003. Kumpulan Alat - alat Klimatologi. Serial Online http:// www.alatklimatologi.com.
Diakses 18 Nopember 2011.
Rustam
.2001. Kumpulan Alat – alat
Klimatologi. Serial Online http:// www.alatklimatologi.com.
Diakses 18 Nopember 2011.
Bayong, Tsuyono. 2006. klimatologi umum.
Penerbit : Bandung.