Laporan
Praktikum
Genetika
Tanaman
PRAKTIKUM LAPANG
Oleh
:
NAMA : MUNAWIR
NIM : G111 15 031
KELAS : D
KELOMPOK
:
12
ASISTEN : - A. JULIA INDRIANI
- RISKA TYAS MALOMO
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perkembangan pertanian dalam beberapa dasawarsa terakhir ini
telah mengalami kemajuan yang sungguh luar biasa. Aneka tanaman baru yang tak
pernah terbayangkan sebelumnya, berhasil dibentuk dari berbagai percobaan
perkawinan silang. Rekayasa genetika menjadi kata kunci yang tak asing lagi
bagi para peneliti, praktisi dan mahasiswa pertanian.
Praktikum lapang merupakan kegiatan pratikum yang harus
dilakukan pada mata kuliah tertentu diluar dari praktikum lahan di kampus.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi suatu perusahaan atau lembaga
tertentu yang bergerak pada kegiatan yang sama. Di kegitatan ini kegiatan ini
kita dapat bandingkan dengan apa yang dilakukan di kampus.
Praktikum lahan yang dilakukan yang dilakukan pada mata
kuliah genetika tanaman pada tanaman jagung untuk melakukan persilangan pada
dua varietas jagung. Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa semester 2 yang baru
pertama kali melakukan kegiatan seperti ini. Tempat praktikum lapang merupakan
tempat penelitian, pada tempat itu juga dilakukan perkawinan silang pada
tanaman jagung yang berbeda varietas akan tetapi dilakukan oleh orang yang
professional atau pengalaman
1.2
Tujuan dan Kegunaan
1.2.1
Tujuan
·
Untuk praktikum lapang sekaligus mendapat informasi
menegenai Balai penelitian sereal Maros dan kegiatan atau aktivitas apa saja
yang dilakukan pada tempat tersebut.
·
Untuk menambah ilmu atau pengetahuan mengenai genetika
tanaman seperti kawin silang tanaman dari narasumber yang professional dan
pengalaman pada bidang ini.
·
Untuk mengalisis teknik atau cara yang dilakukan orang Balai
penelitian sereal Maros dalam hal genetika tanaman yakni perkawinan silang
supaya dapat diaplikasikan di praktikum lahan mata kuliah genetikan tanaman.
1.2.2 Kegunaan
Keguanaan dari praktikum lapang ini
yaitu Untuk membandingkan kegiatan genetika tanaman yakni kawin silang tanaman
jagung yang dilakukan lahan kampus dengan yang dilakukan oleh penelitian Balai
Sereal Maros.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Deskripsi Balit Sereal
Tujuan dari
Balit sereal Maros dalah untuk Melaksanakan penelitian tanaman jagung, sorgum,
gandum dan serealia potensial lain
Ada pun fungsi
dari Balit sereal yaitu
·
Penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan dan pemanfaatan
plasma nutfah tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial lain
·
Penelitia morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi, dan
fitopatologi tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial lain
·
Penelitan komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis
tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial
·
Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian tanaman
jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial
·
Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan
dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia
potensial lain
·
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
Adapun
kegiatan dari Balit sereal Maros yaitu
A. Pengelolaan dan Pengembangan Plasma Nutfah Serealia.
A. Pengelolaan dan Pengembangan Plasma Nutfah Serealia.
1.
Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi plasma
nutfah
2.
Pembentukan genotipe unggul baru jagung toleran kekeringan
dan kemasaman tanah (QPM dan jagung biasa).
3.
Perbaikan/pembentukan genotipe unggul baru jagung khusus:
pulut, tepung, manis, dan biomas.
4.
Pengujian genotipe unggul baru jagung dengan pendekatan
partisipatif.
B. Perbaikan
Teknologi dan Sistem Perbenihan serta Penanganan Hasil Panen Serealia.
1. Pembentukan dan pemantapan sistem
perbenihan berbasis komunal.
2. Teknologi dan sistem penanganan produk
jagung untuk menekan kehilangan hasil.
C.
Peningkatan Efisiensi Pengelolaan Tanah, Hara, Tanaman, dan Organisme
Pengganggu.
1. Pengelolaan hara, dan air untuk
tanaman jagung.
2. Formulasi dan teknologi produksi
pestisida hayati dan nabati.
D.
Perbaikan dan Pengembangan Teknologi Budidaya Unggul Serealia.
Produksi jagung pada lahan sawah melalui pengelolaan sumberdaya dan tanaman terpadu.
E. Promosi dan komersialisasi teknologi dan jasa.
Produksi jagung pada lahan sawah melalui pengelolaan sumberdaya dan tanaman terpadu.
E. Promosi dan komersialisasi teknologi dan jasa.
2.2 Deskripsi Tanaman
Jagung di Lokasi Praktik Lapang
Pada lokasi praktikum terdapat
berbagai jagung yakni seperti jagung komposit, hibrida dan sintetik dengan
berbagai macam varietas yang ada :
2.2.1 Jagung Komposit
Varietas jagung komposit diperoleh
melalui serangkaian penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan varietas unggul
sesuai dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti potensi hasil tinggi, umur
genjah, tahan terhadap tekanan biotik dan abiotik. Jagung komposit ini dapat
dibudidayakan pada lingkungan tumbuh yang beragam dan sekitar 80% diantaranya
ditanami varietas unggul yang terdiri atas 56% jagung komposit (bersari bebas)
dan 24% hibrida, sedang sisanya varietas lokal, sehingga dari data tersebut
sebahagian besar petani masih menggunakan benih jagung bersari bebas (Iriany,
dkk, 2011).
Pembentukan varietas komposit
dilakukan dengan seleksi saudara kandung (full-sib), saudara tiri (half-sib),
dan persilangan dalam (selfing). Contoh varietas jagung komposit adalah bogor
harapan, Bisma, bogor composit 2, BBMR 4, dan wonosobo (Christina Putri, 2014).
Varietas komposit dibentuk dari
galur, populasi, dan atau varietas yang tidak dilakukan uji daya gabung
terlebih dahulu. Sebagian bahan untuk pembentukan komposit berasal dari galur
dan varietas. Varietas atau hibirida dapat dimasukkan ke dalam komposit yang
telah ada (Iriany, 2011).
Tahapan pembentukan komposit adalah
sebagai berikut: (a) masing-masing bahan penyusun digunakan sebagai induk
betina, (b) induk jantannya campuran dari sebagian atau seluruh bahan penyusun,
dan (c) diadakan seleksi dari generasi ke generasi (Iriany, 2011).
Tanaman jagung termasuk tanaman
menyerbuk silang dan peluang menyerbuk sendiri kurang dari 5%, sehingga tanaman
mendapat serbuk sari dari tanaman jagung yang ada di sekitarnya. Tepung sari
dapat diterbangkan sampai ratusan meter, bergantung pada kecepatan angin.
Karakteristik ini membuka peluang bagi tanaman jagung untuk dapat membentuk
komposit atau sintetik dari plasma nutfah terpilih. Varietas Arjuna yang
berasal dari Thai Composite Early DMR merupakan campuran dari 37 plasma nutfah
yang tersebar dari beberapa kontinen. Bogor Pool 4 merupakan komposit dari
plasma nutfah umur dalam yang disilangkan dengan Suwan 1. Bogor Pool 4 adalah
sumber populasi dari varietas Kalingga dan Bisma. Plasma nutfah bahan penyusun
komposit mempunyai karakter yang berbeda dalam banyak hal, seperti warna rambut
(merah, pink, dan putih). Demikian pula warna anther, sehingga dapat dimengerti
bahwa varietas komposit nampak tidak seragam. Jagung komposit dan sintetik
dapat digunakan sebagai populasi dasar dalam pembentukan varietas baru.
Keragaman jagung komposit genetik lebih luas daripada jagung sintetik (Iriany
Neni, 2009).
2.2.2 Jagung Hibrida
Varietas hibrida merupakan generasi
pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida. Varietas hibrida
dapat dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Jagung
merupakan tanaman pertama yang dibentuk menghasilkan varietas hibrida secara
komersial, dan telah berkembang di Amerika Serikat sejak 1930-an (Hallauer and
Miranda 1987 dalam Faesal, 2013).
Pemanfaatan plasma nutfah untuk
menghasilkan jagung hibrida belum intensif. Sistem produksi benih hibrida yang
sangat komplek dan petani juga harus membeli benih dengan harga yang mahal
untuk setiap kali tanam juga merupakan salah satu faktor penghambat
pengembangan jagung hibrida pada periode 1950-1980-an. Oleh karena itu,
pemuliaan jagung lebih banyak diarahkan pada pembentukan varietas bersari
bebas. Sejak akhir 1980-an pemerintah memberikan perhatian yang terhadap
pengembangan jagung hibrida. Beberapa jagung hibrida yang dihasilkan oleh
swasta telah berkembang di lahan petani. Pada tahun 1992, Badan Litbang
Pertanian melepas jagung hibrida varietas Semar-1 (Subandi, 1987 dalam Zuraida
Nani, 2009).
Hibrida di buat dengan
mempersilangkan dua inbrida yang unggul. Karena itu pembuatan inbrid unggul
merupakan langkah pertama pembuatan hibrida. Varietas hibrida memberikan hasil
yang lebih tinggi daripada varietas bersari bebas karena hibrida menggabungkan
gen-gen dominan karakter yang diinginkan dari galur penyusunnya, dan hibrida
mampu memanfaatkan gen aditif dan non aditif. Varietas hibrida memberikan
keuntungan yang lebih tinggi bila di tanam pada lahan produktivitas tinggi
(Kartasapoetra, 1988 dalam Pahlevie, 2009).
Produktivitas varietas unggul jagung
masing-masing ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan tumbuh. Varietas
Bima-4 mempunyai potensi hasil sangat tinggi dan stay green, varietas
ini memiliki biomasa yang tinggi selain dapat dipanen untuk menghasilkan biji
sebagai pakan ternak ayam, juga dapat digunakan baik sebagai pakan hijauan
maupun untuk silage melaui fermentasi. Varietas Bima-5 dan Bima-6 memiliki stay
green dengan potensi hasil dapat mencapai 11 t ha-1 dan umur masak
fisiologis 104 hari (Permadi, 2014).
Dengan demikian, jagung hibrida
tersebut mempunyai peluang untuk dikembangkan di wilayah kurang subur atau
dengan input kurang optimal. Varietas Bima-19, mempunyai potensi hasil tinggi,
toleran kekeringan, tahan rebah akar dan batang serta dianjurkan tanam pada
musimkemarau di lahan sawah atau lahan kering (Balitserelia, 2010).
2.2.3 Jagung Sintetis
Varietas sintetis adalah varietas yang terbentuk
dari berbagai galur murni yang sudah mengalami perkawinan sendiri paling tidak
satu kali penyerbukan. Dalam arti yang lain, varietas sintetis merupakan hasil
dari perkawinan persilangan campuran dari beberapa bahan indukan (Permadi, 2014).
Varietas sintetis termasuk dalam kategori
inter-varietal, karena mengalami berbagai macam cara persilangan. Untuk membuat
varietas sintetik dapat dilakukan dengan berbagai langkah, salah satunya adalah
dengan memilih beberapa galur inbreed yang merupakan hasil generasi pertama
dari penyerbukan sendiri (Christina Putri, 2014).
Setelah itu, barulah kemudian melakukan serangkaian
pengujian dengan mengkombinasikan breeding material. Pengujian ini dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa cepat respon terhadap persilangan dan penggabungan.
Juga, dalam masa pengujian, penanaman indukan hendaknya dilakukan secara
berseling.
2.3 Tanaman Sorgum
Salah satu
tanaman yang sedang dikembangkan oleh balai benih ini adalah tanaman sorgum
meskipun proses penanaman dan pengembangannya tidak terlalu diutamakan
dibandingkan tanaman jagung ataupun tanaman padi mengingat nilai jual akan komoditi ini di pasaran tidak terlalu
besar serta tingkat kebutuhannya di kalangan masyarakat masih terlalu rendah
hanya digunakan untuk tujuan tertentu saja seperti untuk pengembangan
penelitian pada suatu lembaga pengujian benih.
Budidaya
tanaman sorgum ini dilaksanakan di dalam green house di mana proses penanaman
dan pengembangannya mirip dengan tanaan lain seperti jagung ataupun padi. Benih
sorgum ini tidak disemaikan tetapi dapat langsung di tanam pada suatu media
ataupun lahan penanaman. Jarak tanam yang cocok untuk tanaman sorgum pada luas
areal 2 x 3 meter adalah 75 x 25 cm dengan jumlah benih yang ditanam sebanyak
satu jumput atau malai (Pahlevie Satria, 2009).
Proses
pemupukannya dapat dilakukan sebanyak dua kali yakni pada umur 7 hari setelah
tanam dan 40 hari setelah tanam dengan menggunakan pupuk Urea, TSP dan KCL
dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Proses pemeliharaannya sama seperti jagung di mana dilakukan
penyulaman jika ada tanaman yang tidak tumbuh pada suatu lubang tanam. Selai
itu, dapat pula dilakukan penyiangan untuk membersihkannya dari hama dan
penyakit seperti gulma dan serangga perusak tanaman dengan menyemprotkan
pestisida ke bagian tanaman yang terserang. Proses penyiraman pun perlu di
lakukan untuk membantu pertumbuhan tanaman terutama dalam proses fotosintesis
dan respirasi. Penyiraman ini sebaiknya dilakukan 2 kali sehari agar tanaman
tersebut tidak mengalami kekeringan selama pertumbuhannya (Permadi, 2014).
2.4 Tanaman Jewawut
Selain
tanaman sorgum, tanaman serealia lain yang dikembangkan oleh balai penelitian
benih ini adalah Jewawut (Millet). Tanaman jewawut ini memiliki biji yang lebih
kecil di bandingkan sorgum atau tanaman yang lainnya di mana bijinya mirip
dengan biji wijen. Ciri lain yang dimilki oleh jewawut adalah tanamannnya tidak
terlalu tinggi seperti jagung namun, terkadang bentuk daunnya mirip dengan
rumput liar (Balitserealia 2010).
Jewawut
yang dikembangkan memiliki beragam jenis dan varietas yang asalnya bukan hanya
di dalam Sulawesi saja namun, sengaja di datangkan dari luar Sulawesi pula
seperti Irian, Sumatera dan bahkan ada dari Malaysia. Tanaman jewawut yang
berasal dari luar ini sengaja di datangkan untuk dikembangkan dengan tujuan
untuk memperoleh jenis jewawut yang beragam ataupun bahkan nantinya dapat
dipersilangkan antar tetua yang berbeda jenis eskipun saat ini pengembangannya
juga belum dilakukan secara optimal oleh balai benih ini.
Tanaman
jewawut ini memiliki fungsi selain sebagai bahan makanan, juga sebagai bahan
obat – obatan yang dikembangkan secara tradisonal serta di gunakan sebagai
bahan pakan ternak untuk jenis burung – burungan seperti burung perkutut. Sama
halnya dengan tanaman lain, jewawut ini sangat digemari oleh sebagian
masyarakat terutama oleh pemuka adat yang menjadikan jewawut ini sebagai salah
satu makanan wajib dalam suatu ritual acara adat (Nasir, M. 2001).
Budidaya
tanaman jewawut ini agak mirip dengan tanaman sorgum di atas. Untuk penanamnnya
dapat dilakukan di lahan maupun di dalam green house untuk menjaganya dari
gangguan hama seperti burung dan hama tikus karena jewawut ini termasuk tanaman
yang digemari oleh kedua jenis hama ini. Sama dengan sorgum, benih jewawut
tidak disemaikan tetapi dapat langsung di tanam pada suatu media tanam ataupun
lahan penanaman dengan jumlah benih yang ditanam sebanyak satu jumput atau
malai dalam satu lubang tanam .Jarak tanam yang cocok untuk tanaman jewawut
pada luas areal 2 x 3 meter adalah 75 x 20 cm atau 70x 25 cm.
Proses
pemupukannya dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, TSP dan KCL dengan
perbandingan 2 : 1 : 1 dan jika perlu
menambahkan fosfor sebagai pelengkap. Proses pemeliharaannya yang perlu
dilakukan adalah penyiraman di mana di lakukan untuk membantu pertumbuhan
tanaman. Penyiraman ini sebaiknya dilakukan 2 kali sehari agar tanaman tersebut
tidak mengalami kekeringan selama pertumbuhannya.
Penyulaman
perlu juga dilakukan jika ada tanaman yang tidak tumbuh pada suatu lubang
tanam. Selain itu, dapat pula dilakukan penyiangan untuk membersihkannya dari
hama dan penyakit seperti gulma dan serangga perusak tanaman dengan
menyemprotkan pestisida ke bagian tanaman yang terserang.
2.5 Tanaman Kedelai
Saat ini tanaman kedelai
merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah beras disamping sebagai
bahan pakan dan industri olahan. Karena hampir 90% digunakan sebagai bahan
pangan maka ketersediaan kedelai menjadi faktor yang cukup penting (Anonimous,
2004).
Pengertian kedelai, Kedelai adalah salah satu
tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur
seperti kecap, tahu, dan tempe (kadang-kadang ditambah "kacang" di
depan namanya). Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah
dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur.
Kedelai merupakan salah satu
tanaman C3
yang berarti tidak
banyak membutuhkan sinar matahari yang cukup dalam setiap pertumbuhan tanaman
tersebut dan peka terhadap pencahayaan.
Tanaman C3
merupakan tanaman yang memerlukan intensitas cahaya matahari yang lebih rendah sehingga tanaman ini
dapat membentuk rantai carbon sebanyak 3
buah dalam menambat carbon dioksida (CO2) dalam melangsungkan
fotosintesis (Salisburi dan Ross, 1995).
2.6 Teknik Persilangan Jagung
Jagung merupakan tanaman penyerbuk silang, sehingga bunga
perlu dibungkus sebelum mekar. Saat optimal mekarnya bunga terjadi antara pukul
09.00-11.00. Tanaman mulai berbunga pada saat setengah umur tumbuhnya. Pada
metode ini, baik bunga jantan maupun bunga betina dibungkus sebelum mekar
menggunakan kantong kertas minyak. Malai bunga jantan yang keluar dari pucuk tanaman
dikerodong menggunakan kantong kertas. Untuk bunga betina (tongkol), dikerodong
sebelum kepala putik (rambut jagung) keluar. Hari berikutnya tongkol diperiksa
untuk melihat laju keluarnya rambut jagung. Rambut jagung yang sudah keluar
dipotong menggunakan gunting setinggi ± 1-2 cm di atas permukaan ujung klobot.
Pemotongan ini dimaksudkan untuk mencegah rambut tongkol keluar dari kantong
sehingga terjadi penyerbukan dengan pollen yang tidak dikehendaki. Pemotongan
dapat dilakukan 2-3 kali sampai seluruh rambut tongkol telah keluar. Tongkol
yang seluruh rambutnya telah keluar dari kelobot menunjukkan telah siap
diserbuki. Malai bunga jantan yang telah dikerodong dikumpulkan serbuksarinya
untuk digunakan sebagai tetua jantan. Penyerbukan buatan dilakukan dengan cara
menaburkan serbuksari/pollen yang telah terkumpul tersebut di atas permukaan
potongan rambut jagung. Prosedur ini dapat diulang 2-3 kali (menggunakan pollen
dari tetua yang sama) untuk meyakinkan seluruh putik telah terserbuki (Yunianti,2009).
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan
Tempat
Kegiatan
Praktek Lapang Terpadu ini dilaksanakan di Balai Penelitian Jagung dan Serealia
(BALITSEREAL) Kabupaten Maros pada hari Minggu tanggal 1 Mei 2016 pada pukul
09.00 - 13.30 Wita.
3.2 Metode
Pelaksanaan
Praktek Lapang terpadu yang bertujuan untuk menggali
pengetahuan Mahasiswa dalam bidang pertanian dengan mempelajari bentuk
morfologi dan fisiologi tanaman dengan berbagai system analisis yang di
terapkan di Balai Penelitian Jagung dan Serealia (BALITSEREAL) Kabupaten Maros.
Selain mempelajari bentuk umum tanaman yang
dikembangkan di BALITSERAL, Mahasiswa juga di perlihatkan bagaimana cara
pengembangan tanaman dengan cara pemuliaan. Penerapan teknologi benih di
BALITSEREAL, memungkinkan balai ini dapat menghasilkan benih-benih unggul
dengan kualitas yang bermutu tinggi dan memadukannya dengan mesin-mesin
teknologi untuk memudahkan dalam pengelolaan produksinya.
Dengan demikian, Mahasiswa perlu mempelajari
bagaimana tahapan – tahapan yang dilakukan Balai benih ini termasuk metode
perancangannnya dalam rangka menghasilkan produksi benih yang bermutu tinggi
yang nantinya dapat dilepas di pasaran dengan harga yang relatife terjangkau
oleh masyarakat.
3.2.1 Dalam Ruangan
Kegiatan
ini merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan saat sampai di BALIT SEREAL
sebelum peninjaauaan langsung terhadap komoditas yang akan kami amati. Kegiatan
ini langsung dibina serta pemberian materi oleh pengurus instansi tersebut
Kegiatan dalam rungan tersebut memberikan
banyak sekali sumbasi ilmu pengetahuan dalam melakukan budidaya tanaman sereal
terutamanya tanaman jagung. Bukan hanya menyajikan materi mengenai budidaya
tanaman jagung saja melainkan memberikan teknik-teknik dalam melakukan
perkawina pada tanaman yaitu Selfing,
Seeding dan crossing serta ada
sesi pertanyaan dari mahasiswa Universitas Hasanuddin Makasssar.
3.2.2 Lapangan
Kegiatan ini dimulai pelaksanaannya di kampus
Univiversitas Hasanuddin Makassar Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian
dan mengumpulkan dan menunggu para peserta praktek lapang serta menunggu kedatangan dosen mata kuliah yang
bersangkutan. Agar dapat secara bersama-sama tiba di tujuan praktek lapang
Yakni BALITSEREAL Kabupaten Maros sambil dan para panitia mempersiapkan bahan
logistik dan perlengkapan lain yang nantinya akan digunakan di tempat praktek.
Setelah proses penyambutan dan pembukaan selesai,
maka pesertapun di arahkan menuju lapangan tempat pengembangan komoditi
dilangsungkan yang dibimbing oleh pemateri yang ahli dalam jenis komuditi
tersebut. Namun sebelum ke lapangan, peserta di berikan pengetahuan berupa
teknik persilangan benih yang unggul dengan metode kultur dan penyilangan
tanaman antar varietas berbeda.
Dengan kuisioner yang telah dibagikan, peserta dapat
memberikan beberapa pertanyaan menyangkut materi yang dijelaskan sehingga arah
pembicaraan dan materinyapun dapat dengan jelas di mengerti. Terlepas dari
beberapa penjelasan yang diberikan oleh para pemateri, peserta pun dapat dengan
langsung melihat beberapa perbedaan tanaman dengan varietas dan jenis yang
berbeda serta penggunaan teknologi yang diterapkannya pada percobaannya dan
pada setiap produksi benih yang dihasilkan dengan mutu dan kualitas yang unggul
tentunya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Teknik persilangan yang diterapkan
di Balai penelitian tanaman serealia ada dua yaitu dengan teknik penyilangan
sendiri (selfing) dan teknik
persilangan dua varietas yang berbeda (crossing).
4.2
Pembahasan
Jagung (Zea mays. L.) merupakan
tanaman semusim (Annual Plants). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam
80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif,
dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat
bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya memiliki ketinggian antara 1 meter
sampai 3 meter, namun ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 meter. Tinggi
tanaman bisa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum tangkai
dari bunga jantan (Warisno, 2011).
Tanaman
sorgum (Sorghum bicolor L.) (Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae).
Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Di
Indonesia sorgum dikenal sebagai palawija dengan sebutan
cantel,
jagung cantel, dan gandrung. Sorgum merupakan bahan pangan yang juga
mengandung
karbohidrat seperti beras, terigu dan jagung. Sorgum adalah salah satu bahan
pangan yang potensial untuk substitusi terigu dan beras karena masih satu
famili dengan gandum dan padi, hanya berbeda sub famili, sehingga karakteristik
tepungnya relatif lebih baik dibanding tepung umbi-umbian. Oleh karena itu
sorgum merupakan pengganti karbohidrat alternatif pengganti sumber karbohidrat
seperti padi dan jagung (Jantje, 2008).
Kedelai (Glycine max (L.) Merill) adalah salah satu tanaman polong-polongan
(Leguminoseae) yang
menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia
Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan
peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang
lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan
ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan
dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk
setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati
dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia
adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan
masyarakat di luar Asia setelah 1910 (Rukmana, 2009).
Perkawinan
sendiri (selfing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma
yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam satu
spesies.Perkawinan silang (crossing) adalah perkawinan dengan meletakkan
pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies
yang sama baik. Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga
tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak
maksimal. Umur bunga satu atau dua hari setelah mekar hingga lima minggu
setelah mekar (Sandra, 2008).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
·
Telah tercapai tujuan
yakni praktikum lapang sebagai kegiatan dari praktikum mata kuliah tanaman.
· Dari
hasil diatas tanaman yang terdapat di Balai penelitian tanaman serealia Maros
seperti jagung, sorgum, dan kedelai. Teknik penyilangan yang diterapkan disana
ada dua yaitu teknik selfing dan crossing.
5.2 Saran
Sebaiknya
praktikum lapang yang dilakukan lebih efektif pada pagi hari atau sore saja
karena pada saat praktikum di lapangan keadaan cuaca (panas) tidak mendukung
sehingga praktikam tidak menyerap ilmu yang dipaparkan materi dilapangan atau
lahan secara optimal.
5.2.3
Pesan dan Kesan
Adapun pesan yaitu jangan kita lakukan
praktikum lapang jika pemberian materi tidak dilakukan secara efektif dan
optimal
Adapun kesannya yaitu walaupun
panas-panasan di lapangan kita masih semangat mengikuti praktikum lapang
DAFTAR PUSTAKA
Iriany, dkk. 2011. JURNAL TANAMAN
JAGUNG. Bandung. Jurnal tanaman pangan
Balai
Penelitian Tanaman Serealia. 2002. Inovasi teknologi jagung. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. 19 hlm.
Mustafa,
B. 2005. Teknologi informasi tantangan dan peluang bagi pustakawan. Pada
Rakerda IPI Sulawesi Selatan di Bantimurung Kabupaten Maros, tanggal 15 Mei
2005
Permadi, 2014. JURNAL TANAMAN SHORGUM. Yogyakarta. Jurnal
tanaman sereal
Nasir, M. 2001.
Jurnal tanamn sereal. Maros. Jurnal tanaman sereal.