Thursday, 27 July 2017

PERANAN MIKROBA DALAM SIKLUS SULFUR



PERANAN MIKROBA DALAM SIKLUS SULFUR 

Sulfur di alam ditemukan dalam berbagai bentuk. Dalam tanah sulfur ditemukan dalam bentuk mineral, diudara dalam bentuk gas sulfur dioksida dan didalam tubuh organisme sebagai penyusun protein. Siklus sulfur di mulai dari dalam tanah. yaitu ketika ion-ion sulfat di serap oleh akar dan di metabolisme menjadi penyusun protein dalam tubuh tumbuhan. Ketika hewan dan manusia memakan tumbuhan, protein tersebut akan berpindah ketubuh manusia. Dari dalam tubuh manusia senyawa sulfur mengalami metabolisme yang sisa-sisa hasil metabolisme tersebut diuraikan oleh bakteri dalam lambung berupa gas. Salah satu zat yang terkandung dalam gas tersebut adalah sulfur. Semakin besar kandungan sulfur dalam gas maka gas akan semakin bau.
Hidrogen sulfida (H2S) berasal dari penguraian hewan dan tumbuhan yang mati oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Hidrogen sulfida hasil penguraian sebagian tetap berada dalam tanah dan sebagian lagi di lepaskan ke udara dalam bentuk gas hidrogen sulfida. Gasi hidrogen sulfida di udara kemudian bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur dioksida. Sedangkan hidrogen sulfida yang tertinggal didalam tanah dengan bantuan bekteri akan diubah menjadi ion sulfat dan senyawa sulfur oksida. Ion sulfat akan diserap kembali oleh tanaman sedangkan sulfur dioksida akan terlepas keudara. Diudara sulfur dioksida akan bereaksi dengan oksigen dan air membentuk asam sulfat (H2SO4) yang kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan asam. Hujan asam juga dapat disebakan oleh  polusi udara seperti asap-asap pabrik, pembakaran kendaraan bermotor, dll.  Hujan asam dapat menjadi penyebab korosi batu-batuan dan logam. H2SO4 yang jatuh kedalam tanah oleh bakteri di pecah lagi menjadi ion sulfat yang kembali diserap oleh tumbuhan, tumbuhan di makan oleh hewan dan manusia, makhluk hidup mati diuraikan oleh bakteri menghasilkan sulfur kebali. bergitu seterusnya. Siklus sulfur atau daur belerang tidak akan pernah terhenti selama salah satu komponen penting penting seperti tumbuhan masih ada di permukaan bumi ini. Dalam daur sulfur atau siklus belerang, untuk merubah sulfur menjadi senyawa belerang lainnya setidaknya ada dua jenis proses yang terjadi. Yaitu melalui reaksi antara sulfur, oksigen dan air serta oleh aktivitas mikrorganisme. beberapa mikroorganisme yang berperan dalam siklus sulfur adalah dari golongan bakteri, antara lain adalah bakteri Desulfomaculum dan bakteri Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan oleh bakteri fotoautotrof anaerob (Chromatium) dan melepaskan sulfur serta oksigen. Kemudian Sulfur dioksidasi yang terbentuk diubah menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof (Thiobacillus).
Dalam daur belerang, mikroorganisme yang bertanggung jawab pada setiap proses trasformasi adalah sebagai berikut :
1.      H2S → S → SO4 => bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.
2.      SO4 → H2S => bakteri desulfovibrio dalam reaksi reduksi sulfat Anaerobik.
3.      H2S → SO4  => bakteri thiobacilli dalam proses reaksi oksidasi sulfide aerobik.
4.      Sulfur organik → SO4 + H2S, => mikroorganisme heterotrofik aerobik dan anaerobik.
Siklus sulfur terjadi akibat dari proses terjadinya pembakaran bahan bakar fosil batu bara atau terjadi akibat adanya aktifitas gunung berapai, lalu asapnya itu akan naik ke atmosfer, atau udara sulfur oksida itu akan berada diawan yang menjadi hidrolidid air membentuk H2SO4, awan akan mengalami kondensasi yang akhirnya menurunkan hujan yang dikenal dengan hujan asam. Air hujan itu akan masuk kedalam tanah yang akan diubah menjadi Sulfat yang sangat peting untuk tumbuhan. Sulfat hanya terdapat dalam bentuk anorganik (SO4), sulfat ini yang mampu berpindah dari bumi atau alam ketubuh tanaman/ tumbuhan melalui penyerapan sulfat oleh akar .Sulfur akan direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan berbentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida.

Sunday, 29 January 2017

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG GENETIKA DI BALAI SEREAL MAROS



Laporan Praktikum
Genetika Tanaman
PRAKTIKUM LAPANG



Oleh :
NAMA                     :  MUNAWIR
NIM                          :  G111 15 031
KELAS                    :  D
KELOMPOK          :  12
ASISTEN                 :  - A. JULIA INDRIANI
-   RISKA TYAS MALOMO


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perkembangan pertanian dalam beberapa dasawarsa terakhir ini telah mengalami kemajuan yang sungguh luar biasa. Aneka tanaman baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, berhasil dibentuk dari berbagai percobaan perkawinan silang. Rekayasa genetika menjadi kata kunci yang tak asing lagi bagi para peneliti, praktisi dan mahasiswa pertanian.
Praktikum lapang merupakan kegiatan pratikum yang harus dilakukan pada mata kuliah tertentu diluar dari praktikum lahan di kampus. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi suatu perusahaan atau lembaga tertentu yang bergerak pada kegiatan yang sama. Di kegitatan ini kegiatan ini kita dapat bandingkan dengan apa yang dilakukan di kampus.
Praktikum lahan yang dilakukan yang dilakukan pada mata kuliah genetika tanaman pada tanaman jagung untuk melakukan persilangan pada dua varietas jagung. Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa semester 2 yang baru pertama kali melakukan kegiatan seperti ini. Tempat praktikum lapang merupakan tempat penelitian, pada tempat itu juga dilakukan perkawinan silang pada tanaman jagung yang berbeda varietas akan tetapi dilakukan oleh orang yang professional atau pengalaman
1.2  Tujuan dan Kegunaan
1.2.1        Tujuan
·         Untuk praktikum lapang sekaligus mendapat informasi menegenai Balai penelitian sereal Maros dan kegiatan atau aktivitas apa saja yang dilakukan pada tempat tersebut. 
·         Untuk menambah ilmu atau pengetahuan mengenai genetika tanaman seperti kawin silang tanaman dari narasumber yang professional dan pengalaman pada bidang ini.
·         Untuk mengalisis teknik atau cara yang dilakukan orang Balai penelitian sereal Maros dalam hal genetika tanaman yakni perkawinan silang supaya dapat diaplikasikan di praktikum lahan mata kuliah genetikan tanaman.
1.2.2 Kegunaan
            Keguanaan dari praktikum lapang ini yaitu Untuk membandingkan kegiatan genetika tanaman yakni kawin silang tanaman jagung yang dilakukan lahan kampus dengan yang dilakukan oleh penelitian Balai Sereal Maros.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Balit Sereal
Tujuan dari Balit sereal Maros dalah untuk Melaksanakan penelitian tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial lain 
          Ada pun fungsi dari Balit sereal yaitu
·         Penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial lain
·         Penelitia morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi, dan fitopatologi tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial lain
·         Penelitan komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial
·         Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial
·         Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial lain
·         Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
Adapun kegiatan dari Balit sereal Maros yaitu
A. Pengelolaan dan Pengembangan Plasma Nutfah Serealia.
1.      Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi plasma nutfah
2.      Pembentukan genotipe unggul baru jagung toleran kekeringan dan kemasaman tanah (QPM dan jagung biasa).
3.      Perbaikan/pembentukan genotipe unggul baru jagung khusus: pulut, tepung, manis, dan biomas.    
4.      Pengujian genotipe unggul baru jagung dengan pendekatan partisipatif.
B. Perbaikan Teknologi dan Sistem Perbenihan serta Penanganan Hasil Panen Serealia.
1.      Pembentukan dan pemantapan sistem perbenihan berbasis komunal.
2.      Teknologi dan sistem penanganan produk jagung untuk menekan kehilangan hasil.
C. Peningkatan Efisiensi Pengelolaan Tanah, Hara, Tanaman, dan Organisme Pengganggu.
1.      Pengelolaan hara, dan air untuk tanaman jagung.
2.      Formulasi dan teknologi produksi pestisida hayati dan nabati.
D. Perbaikan dan Pengembangan Teknologi Budidaya Unggul Serealia.
Produksi jagung pada lahan sawah melalui pengelolaan sumberdaya dan tanaman terpadu.
E. Promosi dan komersialisasi teknologi dan jasa.
2.2 Deskripsi Tanaman Jagung di Lokasi Praktik Lapang
          Pada lokasi praktikum terdapat berbagai jagung yakni seperti jagung komposit, hibrida dan sintetik dengan berbagai macam varietas yang ada :
2.2.1 Jagung Komposit
Varietas jagung komposit diperoleh melalui serangkaian penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan varietas unggul sesuai dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti potensi hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap tekanan biotik dan abiotik. Jagung komposit ini dapat dibudidayakan pada lingkungan tumbuh yang beragam dan sekitar 80% diantaranya ditanami varietas unggul yang terdiri atas 56% jagung komposit (bersari bebas) dan 24% hibrida, sedang sisanya varietas lokal, sehingga dari data tersebut sebahagian besar petani masih menggunakan benih jagung bersari bebas (Iriany, dkk, 2011).
Pembentukan varietas komposit dilakukan dengan seleksi saudara kandung (full-sib), saudara tiri (half-sib), dan persilangan dalam (selfing). Contoh varietas jagung komposit adalah bogor harapan, Bisma, bogor composit 2, BBMR 4, dan wonosobo (Christina Putri, 2014).
Varietas komposit dibentuk dari galur, populasi, dan atau varietas yang tidak dilakukan uji daya gabung terlebih dahulu. Sebagian bahan untuk pembentukan komposit berasal dari galur dan varietas. Varietas atau hibirida dapat dimasukkan ke dalam komposit yang telah ada (Iriany, 2011).
Tahapan pembentukan komposit adalah sebagai berikut: (a) masing-masing bahan penyusun digunakan sebagai induk betina, (b) induk jantannya campuran dari sebagian atau seluruh bahan penyusun, dan (c) diadakan seleksi dari generasi ke generasi (Iriany, 2011).
Tanaman jagung termasuk tanaman menyerbuk silang dan peluang menyerbuk sendiri kurang dari 5%, sehingga tanaman mendapat serbuk sari dari tanaman jagung yang ada di sekitarnya. Tepung sari dapat diterbangkan sampai ratusan meter, bergantung pada kecepatan angin. Karakteristik ini membuka peluang bagi tanaman jagung untuk dapat membentuk komposit atau sintetik dari plasma nutfah terpilih. Varietas Arjuna yang berasal dari Thai Composite Early DMR merupakan campuran dari 37 plasma nutfah yang tersebar dari beberapa kontinen. Bogor Pool 4 merupakan komposit dari plasma nutfah umur dalam yang disilangkan dengan Suwan 1. Bogor Pool 4 adalah sumber populasi dari varietas Kalingga dan Bisma. Plasma nutfah bahan penyusun komposit mempunyai karakter yang berbeda dalam banyak hal, seperti warna rambut (merah, pink, dan putih). Demikian pula warna anther, sehingga dapat dimengerti bahwa varietas komposit nampak tidak seragam. Jagung komposit dan sintetik dapat digunakan sebagai populasi dasar dalam pembentukan varietas baru. Keragaman jagung komposit genetik lebih luas daripada jagung sintetik (Iriany Neni, 2009).
2.2.2 Jagung Hibrida
Varietas hibrida merupakan generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida. Varietas hibrida dapat dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Jagung merupakan tanaman pertama yang dibentuk menghasilkan varietas hibrida secara komersial, dan telah berkembang di Amerika Serikat sejak 1930-an (Hallauer and Miranda 1987 dalam Faesal, 2013).
Pemanfaatan plasma nutfah untuk menghasilkan jagung hibrida belum intensif. Sistem produksi benih hibrida yang sangat komplek dan petani juga harus membeli benih dengan harga yang mahal untuk setiap kali tanam juga merupakan salah satu faktor penghambat pengembangan jagung hibrida pada periode 1950-1980-an. Oleh karena itu, pemuliaan jagung lebih banyak diarahkan pada pembentukan varietas bersari bebas. Sejak akhir 1980-an pemerintah memberikan perhatian yang terhadap pengembangan jagung hibrida. Beberapa jagung hibrida yang dihasilkan oleh swasta telah berkembang di lahan petani. Pada tahun 1992, Badan Litbang Pertanian melepas jagung hibrida varietas Semar-1 (Subandi, 1987 dalam Zuraida Nani, 2009).
Hibrida di buat dengan mempersilangkan dua inbrida yang unggul. Karena itu pembuatan inbrid unggul merupakan langkah pertama pembuatan hibrida. Varietas hibrida memberikan hasil yang lebih tinggi daripada varietas bersari bebas karena hibrida menggabungkan gen-gen dominan karakter yang diinginkan dari galur penyusunnya, dan hibrida mampu memanfaatkan gen aditif dan non aditif. Varietas hibrida memberikan keuntungan yang lebih tinggi bila di tanam pada lahan produktivitas tinggi (Kartasapoetra, 1988 dalam Pahlevie, 2009).
Produktivitas varietas unggul jagung masing-masing ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan tumbuh. Varietas Bima-4 mempunyai potensi hasil sangat tinggi dan stay green, varietas ini memiliki biomasa yang tinggi selain dapat dipanen untuk menghasilkan biji sebagai pakan ternak ayam, juga dapat digunakan baik sebagai pakan hijauan maupun untuk silage melaui fermentasi. Varietas Bima-5 dan Bima-6 memiliki stay green dengan potensi hasil dapat mencapai 11 t ha-1 dan umur masak fisiologis 104 hari (Permadi, 2014).
Dengan demikian, jagung hibrida tersebut mempunyai peluang untuk dikembangkan di wilayah kurang subur atau dengan input kurang optimal. Varietas Bima-19, mempunyai potensi hasil tinggi, toleran kekeringan, tahan rebah akar dan batang serta dianjurkan tanam pada musimkemarau di lahan sawah atau lahan kering (Balitserelia, 2010).
2.2.3 Jagung Sintetis
Varietas sintetis adalah varietas yang terbentuk dari berbagai galur murni yang sudah mengalami perkawinan sendiri paling tidak satu kali penyerbukan. Dalam arti yang lain, varietas sintetis merupakan hasil dari perkawinan persilangan campuran dari beberapa bahan indukan (Permadi, 2014).
Varietas sintetis termasuk dalam kategori inter-varietal, karena mengalami berbagai macam cara persilangan. Untuk membuat varietas sintetik dapat dilakukan dengan berbagai langkah, salah satunya adalah dengan memilih beberapa galur inbreed yang merupakan hasil generasi pertama dari penyerbukan sendiri (Christina Putri, 2014).
Setelah itu, barulah kemudian melakukan serangkaian pengujian dengan mengkombinasikan breeding material. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa cepat respon terhadap persilangan dan penggabungan. Juga, dalam masa pengujian, penanaman indukan hendaknya dilakukan secara berseling.
2.3 Tanaman Sorgum
Salah satu tanaman yang sedang dikembangkan oleh balai benih ini adalah tanaman sorgum meskipun proses penanaman dan pengembangannya tidak terlalu diutamakan dibandingkan tanaman jagung ataupun tanaman padi mengingat nilai jual  akan komoditi ini di pasaran tidak terlalu besar serta tingkat kebutuhannya di kalangan masyarakat masih terlalu rendah hanya digunakan untuk tujuan tertentu saja seperti untuk pengembangan penelitian pada suatu lembaga pengujian benih.
Budidaya tanaman sorgum ini dilaksanakan di dalam green house di mana proses penanaman dan pengembangannya mirip dengan tanaan lain seperti jagung ataupun padi. Benih sorgum ini tidak disemaikan tetapi dapat langsung di tanam pada suatu media ataupun lahan penanaman. Jarak tanam yang cocok untuk tanaman sorgum pada luas areal 2 x 3 meter adalah 75 x 25 cm dengan jumlah benih yang ditanam sebanyak satu jumput atau malai (Pahlevie Satria, 2009).
Proses pemupukannya dapat dilakukan sebanyak dua kali yakni pada umur 7 hari setelah tanam dan 40 hari setelah tanam dengan menggunakan pupuk Urea, TSP dan KCL dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Proses pemeliharaannya  sama seperti jagung di mana dilakukan penyulaman jika ada tanaman yang tidak tumbuh pada suatu lubang tanam. Selai itu, dapat pula dilakukan penyiangan untuk membersihkannya dari hama dan penyakit seperti gulma dan serangga perusak tanaman dengan menyemprotkan pestisida ke bagian tanaman yang terserang. Proses penyiraman pun perlu di lakukan untuk membantu pertumbuhan tanaman terutama dalam proses fotosintesis dan respirasi. Penyiraman ini sebaiknya dilakukan 2 kali sehari agar tanaman tersebut tidak mengalami kekeringan selama pertumbuhannya (Permadi, 2014).
2.4 Tanaman Jewawut
Selain tanaman sorgum, tanaman serealia lain yang dikembangkan oleh balai penelitian benih ini adalah Jewawut (Millet). Tanaman jewawut ini memiliki biji yang lebih kecil di bandingkan sorgum atau tanaman yang lainnya di mana bijinya mirip dengan biji wijen. Ciri lain yang dimilki oleh jewawut adalah tanamannnya tidak terlalu tinggi seperti jagung namun, terkadang bentuk daunnya mirip dengan rumput liar (Balitserealia 2010).
Jewawut yang dikembangkan memiliki beragam jenis dan varietas yang asalnya bukan hanya di dalam Sulawesi saja namun, sengaja di datangkan dari luar Sulawesi pula seperti Irian, Sumatera dan bahkan ada dari Malaysia. Tanaman jewawut yang berasal dari luar ini sengaja di datangkan untuk dikembangkan dengan tujuan untuk memperoleh jenis jewawut yang beragam ataupun bahkan nantinya dapat dipersilangkan antar tetua yang berbeda jenis eskipun saat ini pengembangannya juga belum dilakukan secara optimal oleh balai benih ini.
Tanaman jewawut ini memiliki fungsi selain sebagai bahan makanan, juga sebagai bahan obat – obatan yang dikembangkan secara tradisonal serta di gunakan sebagai bahan pakan ternak untuk jenis burung – burungan seperti burung perkutut. Sama halnya dengan tanaman lain, jewawut ini sangat digemari oleh sebagian masyarakat terutama oleh pemuka adat yang menjadikan jewawut ini sebagai salah satu makanan wajib dalam suatu ritual acara adat (Nasir, M. 2001).
Budidaya tanaman jewawut ini agak mirip dengan tanaman sorgum di atas. Untuk penanamnnya dapat dilakukan di lahan maupun di dalam green house untuk menjaganya dari gangguan hama seperti burung dan hama tikus karena jewawut ini termasuk tanaman yang digemari oleh kedua jenis hama ini. Sama dengan sorgum, benih jewawut tidak disemaikan tetapi dapat langsung di tanam pada suatu media tanam ataupun lahan penanaman dengan jumlah benih yang ditanam sebanyak satu jumput atau malai dalam satu lubang tanam .Jarak tanam yang cocok untuk tanaman jewawut pada luas areal 2 x 3 meter adalah 75 x 20 cm atau  70x 25 cm.
Proses pemupukannya dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, TSP dan KCL dengan perbandingan 2 : 1 : 1  dan jika perlu menambahkan fosfor sebagai pelengkap. Proses pemeliharaannya yang perlu dilakukan adalah penyiraman di mana di lakukan untuk membantu pertumbuhan tanaman. Penyiraman ini sebaiknya dilakukan 2 kali sehari agar tanaman tersebut tidak mengalami kekeringan selama pertumbuhannya.
Penyulaman perlu juga dilakukan jika ada tanaman yang tidak tumbuh pada suatu lubang tanam. Selain itu, dapat pula dilakukan penyiangan untuk membersihkannya dari hama dan penyakit seperti gulma dan serangga perusak tanaman dengan menyemprotkan pestisida ke bagian tanaman yang terserang.
2.5 Tanaman Kedelai
Saat ini tanaman kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah beras disamping sebagai bahan pakan dan industri olahan. Karena hampir 90% digunakan sebagai bahan pangan maka ketersediaan kedelai menjadi faktor yang cukup penting (Anonimous, 2004).
Pengertian kedelai, Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe (kadang-kadang ditambah "kacang" di depan namanya). Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur.
Kedelai merupakan salah satu tanaman C3 yang berarti tidak banyak membutuhkan sinar matahari yang cukup dalam setiap pertumbuhan tanaman tersebut dan peka terhadap pencahayaan. Tanaman C3 merupakan tanaman yang memerlukan intensitas cahaya matahari yang lebih rendah sehingga tanaman ini dapat membentuk rantai carbon sebanyak 3 buah dalam menambat carbon dioksida (CO2) dalam melangsungkan fotosintesis (Salisburi dan Ross, 1995).
2.6 Teknik Persilangan Jagung
Jagung merupakan tanaman penyerbuk silang, sehingga bunga perlu dibungkus sebelum mekar. Saat optimal mekarnya bunga terjadi antara pukul 09.00-11.00. Tanaman mulai berbunga pada saat setengah umur tumbuhnya. Pada metode ini, baik bunga jantan maupun bunga betina dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong kertas minyak. Malai bunga jantan yang keluar dari pucuk tanaman dikerodong menggunakan kantong kertas. Untuk bunga betina (tongkol), dikerodong sebelum kepala putik (rambut jagung) keluar. Hari berikutnya tongkol diperiksa untuk melihat laju keluarnya rambut jagung. Rambut jagung yang sudah keluar dipotong menggunakan gunting setinggi ± 1-2 cm di atas permukaan ujung klobot. Pemotongan ini dimaksudkan untuk mencegah rambut tongkol keluar dari kantong sehingga terjadi penyerbukan dengan pollen yang tidak dikehendaki. Pemotongan dapat dilakukan 2-3 kali sampai seluruh rambut tongkol telah keluar. Tongkol yang seluruh rambutnya telah keluar dari kelobot menunjukkan telah siap diserbuki. Malai bunga jantan yang telah dikerodong dikumpulkan serbuksarinya untuk digunakan sebagai tetua jantan. Penyerbukan buatan dilakukan dengan cara menaburkan serbuksari/pollen yang telah terkumpul tersebut di atas permukaan potongan rambut jagung. Prosedur ini dapat diulang 2-3 kali (menggunakan pollen dari tetua yang sama) untuk meyakinkan seluruh putik telah terserbuki (Yunianti,2009). 

 BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktek Lapang Terpadu ini dilaksanakan di Balai Penelitian Jagung dan Serealia (BALITSEREAL) Kabupaten Maros pada hari Minggu tanggal 1 Mei 2016 pada pukul 09.00 - 13.30 Wita.
3.2 Metode Pelaksanaan
Praktek Lapang terpadu yang bertujuan untuk menggali pengetahuan Mahasiswa dalam bidang pertanian dengan mempelajari bentuk morfologi dan fisiologi tanaman dengan berbagai system analisis yang di terapkan di Balai Penelitian Jagung dan Serealia (BALITSEREAL) Kabupaten Maros.
Selain mempelajari bentuk umum tanaman yang dikembangkan di BALITSERAL, Mahasiswa juga di perlihatkan bagaimana cara pengembangan tanaman dengan cara pemuliaan. Penerapan teknologi benih di BALITSEREAL, memungkinkan balai ini dapat menghasilkan benih-benih unggul dengan kualitas yang bermutu tinggi dan memadukannya dengan mesin-mesin teknologi untuk memudahkan dalam pengelolaan produksinya.
Dengan demikian, Mahasiswa perlu mempelajari bagaimana tahapan – tahapan yang dilakukan Balai benih ini termasuk metode perancangannnya dalam rangka menghasilkan produksi benih yang bermutu tinggi yang nantinya dapat dilepas di pasaran dengan harga yang relatife terjangkau oleh masyarakat.
3.2.1 Dalam Ruangan
          Kegiatan ini merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan saat sampai di BALIT SEREAL sebelum peninjaauaan langsung terhadap komoditas yang akan kami amati. Kegiatan ini langsung dibina serta pemberian materi oleh pengurus instansi tersebut
          Kegiatan dalam rungan tersebut memberikan banyak sekali sumbasi ilmu pengetahuan dalam melakukan budidaya tanaman sereal terutamanya tanaman jagung. Bukan hanya menyajikan materi mengenai budidaya tanaman jagung saja melainkan memberikan teknik-teknik dalam melakukan perkawina pada tanaman yaitu Selfing, Seeding dan crossing serta ada sesi pertanyaan dari mahasiswa Universitas Hasanuddin Makasssar.
3.2.2 Lapangan
Kegiatan ini dimulai pelaksanaannya di kampus Univiversitas Hasanuddin Makassar Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian dan mengumpulkan dan menunggu para peserta praktek lapang serta  menunggu kedatangan dosen mata kuliah yang bersangkutan. Agar dapat secara bersama-sama tiba di tujuan praktek lapang Yakni BALITSEREAL Kabupaten Maros sambil dan para panitia mempersiapkan bahan logistik dan perlengkapan lain yang nantinya akan digunakan di tempat praktek.
Setelah proses penyambutan dan pembukaan selesai, maka pesertapun di arahkan menuju lapangan tempat pengembangan komoditi dilangsungkan yang dibimbing oleh pemateri yang ahli dalam jenis komuditi tersebut. Namun sebelum ke lapangan, peserta di berikan pengetahuan berupa teknik persilangan benih yang unggul dengan metode kultur dan penyilangan tanaman antar varietas berbeda.
Dengan kuisioner yang telah dibagikan, peserta dapat memberikan beberapa pertanyaan menyangkut materi yang dijelaskan sehingga arah pembicaraan dan materinyapun dapat dengan jelas di mengerti. Terlepas dari beberapa penjelasan yang diberikan oleh para pemateri, peserta pun dapat dengan langsung melihat beberapa perbedaan tanaman dengan varietas dan jenis yang berbeda serta penggunaan teknologi yang diterapkannya pada percobaannya dan pada setiap produksi benih yang dihasilkan dengan mutu dan kualitas yang unggul tentunya.

Bottom of Form
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil
Teknik persilangan yang diterapkan di Balai penelitian tanaman serealia ada dua yaitu dengan teknik penyilangan sendiri (selfing) dan teknik persilangan dua varietas yang berbeda (crossing).
4.2 Pembahasan
Jagung (Zea mays. L.) merupakan tanaman semusim (Annual Plants). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif, dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya memiliki ketinggian antara 1 meter sampai 3 meter, namun ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 meter. Tinggi tanaman bisa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum tangkai dari bunga jantan (Warisno, 2011).
            Tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.) (Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Di Indonesia sorgum dikenal sebagai palawija dengan sebutan
cantel, jagung cantel, dan gandrung. Sorgum merupakan bahan pangan yang juga
mengandung karbohidrat seperti beras, terigu dan jagung. Sorgum adalah salah satu bahan pangan yang potensial untuk substitusi terigu dan beras karena masih satu famili dengan gandum dan padi, hanya berbeda sub famili, sehingga karakteristik tepungnya relatif lebih baik dibanding tepung umbi-umbian. Oleh karena itu sorgum merupakan pengganti karbohidrat alternatif pengganti sumber karbohidrat seperti padi dan jagung (Jantje, 2008).
Kedelai (Glycine max (L.) Merill) adalah salah satu tanaman polong-polongan (Leguminoseae) yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910 (Rukmana, 2009).
            Perkawinan sendiri (selfing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam satu spesies.Perkawinan silang (crossing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik. Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari setelah mekar hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).

BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
·    Telah tercapai tujuan yakni praktikum lapang sebagai kegiatan dari praktikum mata kuliah tanaman.
·    Dari hasil diatas tanaman yang terdapat di Balai penelitian tanaman serealia Maros seperti jagung, sorgum, dan kedelai. Teknik penyilangan yang diterapkan disana ada dua yaitu teknik selfing dan crossing.
5.2     Saran
          Sebaiknya praktikum lapang yang dilakukan lebih efektif pada pagi hari atau sore saja karena pada saat praktikum di lapangan keadaan cuaca (panas) tidak mendukung sehingga praktikam tidak menyerap ilmu yang dipaparkan materi dilapangan atau lahan secara optimal.
5.2.3 Pesan dan Kesan
          Adapun pesan yaitu jangan kita lakukan praktikum lapang jika pemberian materi tidak dilakukan secara efektif dan optimal
          Adapun kesannya yaitu walaupun panas-panasan di lapangan kita masih semangat mengikuti praktikum lapang


DAFTAR PUSTAKA
Iriany, dkk. 2011. JURNAL TANAMAN JAGUNG. Bandung.  Jurnal tanaman pangan
Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2002. Inovasi teknologi jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 19 hlm.
Mustafa, B. 2005. Teknologi informasi tantangan dan peluang bagi pustakawan. Pada Rakerda IPI Sulawesi Selatan di Bantimurung Kabupaten Maros, tanggal 15 Mei 2005
Permadi, 2014. JURNAL TANAMAN SHORGUM. Yogyakarta. Jurnal tanaman sereal
Nasir, M. 2001. Jurnal tanamn sereal. Maros. Jurnal tanaman sereal.